Yogyakarta - Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo di Yogyakarta telah ditasbihkan sebagai Dea Ramah Burung. Hal ini tidak tanpa alasan. Desa ini telah menerapkan sebuah Perdes yang mengatur tentang pemanfaatan sumber daya alam di desa tersebut yang ramah lingkungan. Perindungan Flora dan Fauna menjadi salah satu misi desa tersebut.
Semenjak Perdes diberlakukan di tahun 2014, sampai saat ini kondisi perburungan di desa tersebut terus mengalami perbaikan. Burung-burung terbang hidup bebas tanpa merasa ketakutan akan ditangkap dan dikandangkan. Seperti yang ada di dalam video di bawah ini. Hanya dengan menaruh buah pisang di pekarangan rumah burung akan datang dengan sendirinya. Ini saya bilang cara mudah memelihara burung langsung di habitatnya.
0 Comments
Yogyakarta - Mengamati burung hantu umumnya itu ya malam hari. Kalau ngamati burung hanti siang hari itu istimewa. Ya, dua tahun lalu (2017) saya dan beberapa teman-teman berhasil mengamati Beluk Jampuk (Bubo sumatranus) atau biasa disebut Barred-eagle OWl itu langsung di habitatnya pada siang hari.
Pengamatan langsung di habitatnya di Desa Jatimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta yang masuk dalam bentang alam perbukitan menoreh. Oke, langsung saja lihat videonya ya,. Jangan lupa SUBSCRIBE YAAAA,.
Yogyakarta - Jika sebelumnya saya posting foto-foto Puyuh Gonggong Biasa (Arborophila orientalis)atau White-faced Partridge, sekarang ini saya unggah videonya.
Selamat menyaksikan. Jangan lupa SUBSCRIBE CHANNELnya ya,. Terima Kasih | Thank You | Maturnuwun Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) sebuah masterpiece dari Allah SWT yang begitu gagah dan kharismatik. Mungkin saking gagahnya maka para pencetus hadirnya simbol negara, Garuda Pancasila, yang akhirnya memilih elang jawa sebagai simbol negara republik indonesia karena kemiripannya. Dan, pada tahun 1993 elang jawa ditetapkan sebagai satwa nasional simbol negara republik indonesia. Foto ini bisa dibilang dokumentasi pertama saya untuk jenis ini. Banyak cerita yang megikuti hadirnya foto ini sampai bisa saya bagi dengan kalian-kalian semua. Saya dan rombongan termasuk senior fotografer wildlife bang Riza Marlon dan Willy Ekariyono berangkat sebelum subuh naik ke ketinggian 1500 mdpl di gunung salak. Pokoknya penuh perjuangan. Jalanan yang tidak semestinya, dengkul ketemu dagu itu sudah pasti. Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lebih akhirnya sampai juga di lokasi dan langsung set alat-alat. Apa yang akan kalian ucapkan ketika lihat anakan sang Garuda di dalam sarangnya sedang menunggu kedua induknya datang membawa mangsanya? Waktu itu saya langsung berucap syukur karena masih bisa menyaksikannya langsun di hutan tropis yang ada di pulau jawa. Saya berharap, dan semoga kalian juga ikut berdoa, saya selalu berharap bahwa burung elang yang hanya ada di pulau jawa ini akan tetap lestari sehingga ke depan anak cucu kita masih bisa melihatnya langsung di alam liar. Tidak sekedar mendengar cerita akan kegagahannya dan melihatnya di foto maupun video.
Para Kicau Mania atau penghobi burung kicau menamainya dengan nama Prenjak Kelawu. Kalau di Banyumas ada yang menyebutnya Perenjak Tamu. Itulah Indonesia, meski berbeda tetap satu. Nama nasionalnya Cinenen Jawa.
Burung ini memiliki suara yang bervariatif sehingga banyak diminati oleh kicau mania. Suaranya yang lantang juga sering dijadikan sebagai masteran, suara isian untuk mengisi anakan burung dari jenis lain.
Melihatnya di alam liar adalah kesukaan saya.
Mengabadikan perilaku burung-burung di alam itu mengasikan. Meskipun dengan peralatan seadanya.
Muara sungai progo yang bersebelahan dengan pantai trisik menjadi persinggahan burung pantai migrant dari belahan bumi utara. Burung-burung itu singgah untuk mencari makan dan memulihkan energinya sebelum melanjutkan perjanan migrasinya ke selatan (australia).
NOTE: Jangan lupa Subscribe ya! |
AuthorMengumpulkan dokumentasi kekayaan alam liar indonesia seperti halnya mengumpulkan kepingan puzzle yang tercecer. Archives
November 2021
Categories
All
|